Saturday, April 2, 2011

a touching story...PEREMPUAN YG DICINTAI SUAMIKU


Kehidupan
pernikahan kami awalnya baik2 saja menurutku. Meskipun menjelang
pernikahan selalu terjadi konflik, tapi setelah menikah Mario tampak baik
dan lebih menuruti apa mauku.
Kami tidak
pernah bertengkar hebat, kalau marah dia cenderung diam dan pergi
kekantornya bekerja sampai subuh, baru pulang kerumah, mandi, kemudian
mengantar anak kami sekolah. Tidurnya sangat sedikit, makannya pun
sedikit. Aku pikir dia workaholic.
Dia menciumku
maksimal 2x sehari, pagi menjelang kerja, dan saat dia pulang kerja,
itupun kalau aku masih bangun. Karena waktu pacaran dia tidak pernah
romantis, aku pikir, memang dia tidak romantis, dan tidak memerlukan hal2
seperti itu sebagai ungkapan sayang.
Kami jarang
ngobrol sampai malam, kami jarang pergi nonton berdua, bahkan makan berdua
diluarpun hampir tidak pernah. Kalau kami makan di meja makan berdua, kami
asyik sendiri dengan sendok garpu kami, bukan obrolan yang terdengar,
hanya denting piring yang beradu dengan sendok garpu.
Kalau hari
libur, dia lebih sering hanya tiduran dikamar, atau main dengan anak2
kami, dia jarang sekali tertawa lepas. Karena dia sangat pendiam, aku
menyangka dia memang tidak suka tertawa lepas.
Aku mengira
rumah tangga kami baik2 saja selama 8 tahun pernikahan kami. Sampai suatu
ketika, disuatu hari yang terik, saat itu suamiku tergolek sakit dirumah
sakit, karena jarang makan, dan sering jajan di kantornya, dibanding makan
dirumah, dia kena typhoid, dan harus dirawat di RS, karena sampai terjadi
perforasi di ususnya. Pada saat dia masih di ICU, seorang perempuan datang
menjenguknya. Dia memperkenalkan diri, bernama meisha, temannya Mario saat
dulu kuliah.
Meisha tidak
secantik aku, dia begitu sederhana, tapi aku tidak pernah melihat mata
yang begitu cantik seperti yang dia miliki. Matanya bersinar indah, penuh
kehangatan dan penuh cinta, ketika dia berbicara, seakan2 waktu berhenti
berputar dan terpana dengan kalimat2nya yang ringan dan penuh pesona.
Setiap orang, laki2 maupun perempuan bahkan mungkin serangga yang lewat,
akan jatuh cinta begitu mendengar dia bercerita.
Meisha tidak
pernah kenal dekat dengan Mario selama mereka kuliah dulu, Meisha
bercerita Mario sangat pendiam, sehingga jarang punya teman yang akrab. 5
bulan lalu mereka bertemu, karena ada pekerjaan kantor mereka yang
mempertemukan mereka. Meisha yang bekerja di advertising akhirnya bertemu
dengan Mario yang sedang membuat iklan untuk perusahaan tempatnya
bekerja.
Aku mulai
mengingat2 5 bulan lalu ada perubahan yang cukup drastis pada Mario,
setiap mau pergi kerja, dia tersenyum manis padaku, dan dalam sehari bisa
menciumku lebih dari 3x. Dia membelikan aku parfum baru, dan mulai sering
tertawa lepas. Tapi disaat lain, dia sering termenung didepan komputernya.
Atau termenung memegang Hp-nya. Kalau aku tanya, dia bilang, ada pekerjaan
yang membingungkan.
Suatu saat
Meisha pernah datang pada saat Mario sakit dan masih dirawat di RS. Aku
sedang memegang sepiring nasi beserta lauknya dengan wajah kesal, karena
Mario tidak juga mau aku suapi. Meisha masuk kamar, dan menyapa dengan
suara riangnya, " Hai Rima, kenapa dengan anak sulungmu yang nomor satu
ini ? tidak mau makan juga? uhh... dasar anak nakal, sini piringnya, "
lalu dia terus mengajak Mario bercerita sambil menyuapi Mario, tiba2 saja
sepiring nasi itu sudah habis ditangannya. Dan....aku tidak pernah melihat
tatapan penuh cinta yang terpancar dari mata suamiku, seperti siang itu,
tidak pernah seumur hidupku yang aku lalui bersamanya, tidak pernah
sedetikpun !
Hatiku terasa
sakit, lebih sakit dari ketika dia membalikkan tubuhnya membelakangi aku
saat aku memeluknya dan berharap dia mencumbuku. Lebih sakit dari rasa
sakit setelah operasi caesar ketika aku melahirkan anaknya. Lebih sakit
dari rasa sakit, ketika dia tidak mau memakan masakan yang aku buat dengan
susah payah. Lebih sakit daripada sakit ketika dia tidak pulang kerumah
saat ulang tahun perkawinan kami kemarin. Lebih sakit dari rasa sakit
ketika dia lebih suka mencumbu komputernya dibanding
aku.
Tapi aku tidak
pernah bisa marah setiap melihat perempuan itu. Meisha begitu manis, dia
bisa hadir tiba2, membawakan donat buat anak2, dan membawakan ekrol
kesukaanku. Dia mengajakku jalan2, kadang mengajakku nonton. kali lain,
dia datang bersama suami dan ke-2 anaknya yang lucu2.
Aku tidak
pernah bertanya, apakah suamiku mencintai perempuan berhati bidadari itu?
karena tanpa bertanya pun aku sudah tahu, apa yang bergejolak
dihatinya.
Suatu sore,
mendung begitu menyelimuti
jakarta , aku tidak pernah menyangka,
hatikupun akan mendung, bahkan gerimis kemudian.
Anak sulungku,
seorang anak perempuan cantik berusia 7 tahun, rambutnya keriting ikal dan
cerdasnya sama seperti ayahnya. Dia berhasil membuka password email Papa
nya, dan memanggilku, " Mama, mau lihat
surat papa buat tante Meisha
?"
Aku tertegun
memandangnya, dan membaca
surat elektronik itu, Dear Meisha,
Kehadiranmu bagai beribu bintang gemerlap yang mengisi seluruh relung
hatiku, aku tidak pernah merasakan jatuh cinta seperti ini, bahkan pada
Rima. Aku mencintai Rima karena kondisi yang mengharuskan aku
mencintainya, karena dia ibu dari anak2ku.
Ketika aku
menikahinya, aku tetap tidak tahu apakah aku sungguh2 mencintainya. Tidak
ada perasaan bergetar seperti ketika aku memandangmu, tidak ada perasaan
rindu yang tidak pernah padam ketika aku tidak menjumpainya. Aku hanya
tidak ingin menyakiti perasaannya. Ketika konflik2 terjadi saat kami
pacaran dulu, aku sebenarnya kecewa, tapi aku tidak sanggup mengatakan
padanya bahwa dia bukanlah perempuan yang aku cari untuk mengisi
kekosongan hatiku. Hatiku tetap terasa hampa, meskipun aku
menikahinya.
Aku tidak
tahu, bagaimana caranya menumbuhkan cinta untuknya, seperti ketika cinta
untukmu tumbuh secara alami, seperti pohon2 beringin yang tumbuh kokoh
tanpa pernah mendapat siraman dari pemiliknya. Seperti pepohonan di hutan2
belantara yang tidak pernah minta disirami, namun tumbuh dengan lebat
secara alami. Itu yang aku rasakan.
Aku tidak akan
pernah bisa memilikimu, karena kau sudah menjadi milik orang lain dan aku
adalah laki2 yang sangat memegang komitmen pernikahan kami. Meskipun
hatiku terasa hampa, itu tidaklah mengapa, asal aku bisa melihat Rima
bahagia dan tertawa, dia bisa mendapatkan segala yang dia inginkan selama
aku mampu. Dia boleh mendapatkan seluruh hartaku dan tubuhku, tapi tidak
jiwaku dan cintaku, yang hanya aku berikan untukmu. Meskipun ada tembok
yang menghalangi kita, aku hanya berharap bahwa engkau mengerti, you are
the only one in my heart.
yours,
Mario
Mataku terasa
panas. Jelita, anak sulungku memelukku erat. Meskipun baru berusia 7
tahun, dia adalah malaikat jelitaku yang sangat mengerti dan
menyayangiku.
Suamiku tidak
pernah mencintaiku. Dia tidak pernah bahagia bersamaku. Dia mencintai
perempuan lain.
Aku
mengumpulkan kekuatanku. Sejak itu, aku menulis
surat hampir setiap
hari untuk suamiku.
Surat itu aku simpan diamplop, dan aku
letakkan di lemari bajuku, tidak pernah aku berikan
untuknya.
Mobil yang dia
berikan untukku aku kembalikan padanya. Aku mengumpulkan tabunganku yang
kusimpan dari sisa2 uang belanja, lalu aku belikan motor untuk mengantar
dan menjemput anak2ku. Mario merasa heran, karena aku tidak pernah lagi
bermanja dan minta dibelikan bermacam2 merek tas dan baju. Aku terpuruk
dalam kehancuranku. Aku dulu memintanya menikahiku karena aku malu terlalu
lama pacaran, sedangkan teman2ku sudah menikah semua. Ternyata dia memang
tidak pernah menginginkan aku menjadi istrinya.
Betapa tidak
berharganya aku. Tidakkah dia tahu, bahwa aku juga seorang perempuan yang
berhak mendapatkan kasih sayang dari suaminya ? Kenapa dia tidak
mengatakan saja, bahwa dia tidak mencintai aku dan tidak menginginkan aku
? itu lebih aku hargai daripada dia cuma diam dan mengangguk dan melamarku
lalu menikahiku. Betapa malangnya nasibku.
Mario terus
menerus sakit2an, dan aku tetap merawatnya dengan setia. Biarlah dia
mencintai perempuan itu terus didalam hatinya. Dengan pura2 tidak tahu,
aku sudah membuatnya bahagia dengan mencintai perempuan itu. Kebahagiaan
Mario adalah kebahagiaanku juga, karena aku akan selalu
mencintainya.
**********
Setahun
kemudian...
Meisha membuka
amplop surat2 itu dengan air mata berlinang. Tanah pemakaman itu masih
basah merah dan masih dipenuhi bunga.
" Mario,
suamiku....
Aku tidak
pernah menyangka pertemuan kita saat aku pertama kali bekerja dikantormu,
akan membawaku pada cinta sejatiku. Aku begitu terpesona padamu yang
pendiam dan tampak dingin. Betapa senangnya aku ketika aku tidak bertepuk
sebelah tangan. Aku mencintaimu, dan begitu posesif ingin memilikimu
seutuhnya. Aku sering marah, ketika kamu asyik bekerja, dan tidak
memperdulikan aku. Aku merasa diatas angin, ketika kamu hanya diam dan
menuruti keinginanku. .. Aku pikir, aku si puteri cantik yang diinginkan
banyak pria, telah memenuhi ruang hatimu dan kamu terlalu mencintaiku
sehingga mau melakukan apa saja untukku.....
Ternyata aku
keliru.... aku menyadarinya tepat sehari setelah pernikahan kita. Ketika
aku membanting hadiah jam tangan dari seorang teman kantor dulu yang aku
tahu sebenarnya menyukai Mario.
Aku melihat
matamu begitu terluka, ketika berkata, " kenapa, Rima ? Kenapa kamu mesti
cemburu ? dia sudah menikah, dan aku sudah memilihmu menjadi istriku
?"
Aku tidak
perduli,dan berlalu dari hadapanmu dengan sombongnya.
Sekarang aku
menyesal, memintamu melamarku. Engkau tidak pernah bahagia bersamaku. Aku
adalah hal terburuk dalam kehidupan cintamu. Aku bukanlah wanita yang
sempurna yang engkau inginkan.
Istrimu,
Rima"
Di
surat yang
lain,
".........Kehadiran
perempuan itu membuatmu berubah, engkau tidak lagi sedingin es. Engkau
mulai terasa hangat, namun tetap saja aku tidak pernah melihat cahaya
cinta dari matamu untukku, seperti aku melihat cahaya yang penuh cinta itu
berpendar dari kedua bola matamu saat memandang
Meisha...... "
Disurat yang
kesekian,
".......Aku
bersumpah, akan membuatmu jatuh cinta padaku.
Aku telah
berubah, Mario. Engkau lihat
kan , aku tidak lagi marah2 padamu, aku
tidak lagi suka membanting2 barang dan berteriak jika emosi. Aku belajar
masak, dan selalu kubuatkan masakan yang engkau sukai. Aku tidak lagi
boros, dan selalau menabung. Aku tidak lagi suka bertengkar dengan ibumu.
Aku selalu tersenyum menyambutmu pulang kerumah. Dan aku selalu
meneleponmu, untuk menanyakan sudahkah kekasih hatiku makan siang ini? Aku
merawatmu jika engkau sakit, aku tidak kesal saat engkau tidak mau aku
suapi, aku menungguimu sampai tertidur disamping tempat tidurmu, dirumah
sakit saat engkau dirawat, karena penyakit pencernaanmu yang selalu
bermasalah.. .....
Meskipun belum
terbit juga, sinar cinta itu dari matamu, aku akan tetap berusaha dan
menantinya.. ......"
Meisha
menghapus air mata yang terus mengalir dari kedua mata indahnya...
dipeluknya Jelita yang tersedu-sedu disampingnya.
Disurat
terakhir, pagi ini...
"........... ...Hari
ini adalah hari ulang tahun pernikahan kami yang ke-9. Tahun lalu engkau
tidak pulang kerumah, tapi tahun ini aku akan memaksamu pulang, karena
hari ini aku akan masak, masakan yang paling enak sedunia. Kemarin aku
belajar membuatnya dirumah Bude Tati, sampai kehujanan dan basah kuyup,
karena waktu pulang hujannya deras sekali, dan aku hanya mengendarai
motor.
Saat aku tiba
dirumah kemarin malam, aku melihat sinar kekhawatiran dimatamu. Engkau
memelukku, dan menyuruhku segera ganti baju supaya tidak
sakit.
Tahukah engkau
suamiku,
Selama hampir
15 tahun aku mengenalmu, 6 tahun kita pacaran, dan hampir 9 tahun kita
menikah, baru kali ini aku melihat sinar kekhawatiran itu dari matamu,
inikah tanda2 cinta mulai bersemi dihatimu ?........."
Jelita menatap
Meisha, dan bercerita,
" Siang itu
Mama menjemputku dengan motornya, dari jauh aku melihat keceriaan diwajah
mama, dia terus melambai-lambaikan tangannya kepadaku. Aku tidak pernah
melihat wajah yang sangat bersinar dari mama seperti siang itu, dia begitu
cantik. Meskipun dulu sering marah2 kepadaku, tapi aku selalu
menyayanginya. Mama memarkir motornya diseberang jalan, Ketika mama
menyeberang jalan, tiba2 mobil itu lewat dari tikungan dengan kecepatan
tinggi...... aku tidak sanggup melihatnya terlontar, Tante..... aku
melihatnya masih memandangku sebelum dia tidak lagi bergerak.... .." Jelita
memeluk Meisha dan terisak-isak. Bocah cantik ini masih terlalu kecil
untuk merasakan sakit di hatinya, tapi dia sangat
dewasa.
Meisha
mengeluarkan selembar kertas yang dia print tadi pagi. Mario mengirimkan
email lagi kemarin malam, dan tadinya aku ingin Rima
membacanya.
Dear
Meisha,
Selama setahun
ini aku mulai merasakan Rima berbeda, dia tidak lagi marah2 dan selalu
berusaha menyenangkan hatiku. Dan tadi, dia pulang dengan tubuh basah
kuyup karena kehujanan, aku sangat khawatir dan memeluknya. Tiba2 aku baru
menyadari betapa beruntungnya aku memiliki dia. Hatiku mulai bergetar....
Inikah tanda2 aku mulai mencintainya ?
Aku terus
berusaha mencintainya seperti yang engkau sarankan, Meisha. Dan besok aku
akan memberikan surprise untuknya, aku akan membelikan mobil mungil
untuknya, supaya dia tidak lagi naik motor kemana-mana. Bukan karena dia
ibu dari anak2ku, tapi karena dia belahan jiwaku....
Meisha menatap
Mario yang tampak semakin ringkih, yang masih terduduk disamping nisan
Rima. Diwajahnya tampak duka yang dalam. Semuanya telah terjadi, Mario.
Kadang kita baru menyadari mencintai seseorang, ketika seseorang itu telah
pergi meninggalkan kita.

Jakarta , 7 Januari
2009  (dedicated to my friend....may you rest in
peace...)

No comments:

Post a Comment